Sebagian orang biasanya
menghindari mengkonsumsi cokelat.
Terutama para wanita biasanya menghindari cokelat
karena takut akan lonjakan kenaikan berat badan. Selain itu tak sedikit para ibu yang menjauhkan buah
hatinya dari cokelat dengan alasan
sakit gigi dan batuk. Tidak bisa dipungkuri kebiasaan jarang mengkonsumsi cokelat, membuat orang Indonesia
menjauhkan cokelat dalam kehidupan
sehari-hari.
Meski begitu, hal ini tidak mempengaruhi
kecintaan Ermey Trisniaty pada cokelat.
Di saat semua orang menjauhi cokelat, ia justru membuat sebuah gerai “Dapur Cokelat”. Melalui gerai miliknya, ia
mencoba menepis pemikiran negatif tentang cokelat.
Gerai di kota Jakarta, Surabaya dan Makasar menjadi bukti keberhasilannya.
Cokelat Tak Jahat!
Ayam Jago dan Superman, saat kecil kita
mengenal cokelat lewat dua makanan
ini. Bahkan, kita hanya mengenal cokelat
hanya untuk di makan, tidak seperti saat ini. Cokelat tak hanya digunakan dalam dunia kuliner, tapi juga dunia
kecantikan dan seni.
“Flavonoid dalam cokelat baik untuk kesehatan, bahkan cokelat juga dapat memperbaiki mood,” ujar wanita yang akrab dipanggil Bunda ini. Kalau ada yang
mengganggap cokelat itu ‘jahat’
untuk kesehatan, itu salah besar.
Menurutnya, manfaat cokelat sendiri juga telah banyak dikupas dalam berbagai
penelitian. Mulai dari urusan kesehatan hingga penambah gairah seksual.
Menikmati satu potong cokelat setiap
harinya akan memberi umur panjang pada kaum pria, serta kualitas seksual yang
baik.
Tryptophan dan feniletilalamin adalah dua
senyawa yang berfungsi meningkatkan gairah seks. Inilah yang menjadi alasan
mengapa cokelat seringkali digunakan
untuk kegiatan seks.
Tryptophan adalah senyawa yang berfungsi
membangun serotonin (suatu bahan kimia di otak yang terlibat dalam gairah
seksual). Sedangkan feniletilalamin adalah stimulan yang terkait dengan
amfetamin (suatu bahan kimia yang dilepaskan di dalam otak ketika seseorang
sedang jatuh cinta).
Pahit Itu Juaranya
Cokelat yang baik adalah cokelat yang memiliki kandungan cocoa butter tinggi sekitar 95
persen. Namun, untuk orang kita rasa ini tidak pas di lidah karena rasanya
lebih pahit. Di Indonesia, cocoa butter dalam cokelat masih dalam kisaran 65 persen.
Rasa pahit cokelat
dihasilkan dari polifenol. Selain memberikan rasa pahit, polifenol juga
memberikan warna yang khas pada cokelat.
Proses pengolahan cokelat akan
mempengaruhi kandungan polifenol di dalamnya.
Cocoa butter paling tinggi ada dalam jenis dark
chocolate. Cokelat dalam
pasaran ada tiga jenis dark chocolate, milk, dan white chocolate. Antara milk
dan white chocolate kandungan cocoa butter paling rendah terdapat pada cokelat
putih. Di sini campuran susunya lebih banyak dari pada milk chocolate. Tak
heran jika banyak anak-anak yang menyukainya karena rasa yang milky.
Cokelat Seperti Tempe
Taukah Anda mengapa cokelat di buatan negara tetangga lebih lezat? Rasa milky, manis
dan lumeran di lidah pun lebih terasa. Ini dikarenakan cokelat di sana sudah seperti tempe, cokelat telah menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti kita biasa mengkonsumsi tempe.
“Sama dengan tempe, di luar tempe terasa tak
enak meski sama-sama terbuat dari kedelai. Hal ini karena mereka tak biasa
mengkonsumsi tempe dalam keseharian,” jelas wanita lulusan NHI ini.
Begitu juga dengan semua produk yang disajikan
dalam gerai miliknya. Untuk menghadirkan rasa yang lezat, Ermey harus mengimpor
sebagian cokelat dari luar. Cokelat lokal pun masih banyak
digunakan sebagai kombinasi dalam gerai miliknya.
DAFTAR AGEN TOUR DAN TRAVEL TERMURAH SEINDONESIA KLIK DISINI
PENGEN LAPTOP ATAU GADGET MURAH KLIK DISINI
PENGEN COBA BISNIS PULSA GRATIS KLIK DISINI
AYO DAPAT UANG GRATIS KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar