Senin, 17 Desember 2012

Fakta Tentang Jagung Dan Kedelai Transgenik



     Mungkin jika membahas jagung dan kedelai sudah biasa. Tapi sudah tahukah anda tentang jagung dan kedelai transgenik. Pasti terasa asing di telinga ya. Jagung dan kedelai transgenik ini merupakan hasil rekayasa genetika dari para ilmuwan. Biar gak gaptek dan nambah pengetahuan silahkan deh dibaca artikel berikut ini.

     Dari istilah saja bikin orang mengernyitkan dahi. Benih jagung dan kedelai transgenik, produk bioteknologi hasil rekayasan genetika atau dengan cara menanam gen makhluk hidup pada benih. Sontak kabar kemunculan benih itu langsung memicu polemik. Sebab, gen makhluk hidup pada bibit jagung atau kedelai disebut-sebut berbahaya bagi tubuh.

     Gilles-Eric Seralini, profesor biologi molekuler dari Universitas Caen, Prancis, menguak dampak buruk produk transgenik ini melalui sebuah penelitian bersama timnya. Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Food and Chemical Toxicology, 20 September lalu. 

     Seralini memberi makan tikus putih betina dan jantan dengan jagung transgenik RR NK 603. Hasilnya, tikus betina menderita tumor payudara, sedangkan mencit jantan mengalami kerusakan ginjal dan hati. Dalam rentang waktu lama, mengkonsumsi makanan transgenik rupanya bisa mengakibatkan kematian.

     Penelitian itu lantas menimbulkan masalah, termasuk di Indonesia. Sebab dalam waktu bersamaan, Komisi Keamanan Hayati pada 19 September lalu mengeluarkan rekomendasi produk transgenik aman. "Kami sudah mengkaji dan meneliti dokumen, hasilnya aman. Ada 29 negara sudah mengembangkan transgenik," kata Ketua Komisi Keamanan Hayati Agus Pakpahan. 

     Komisi bahkan merekomendasikan jagung transgenik varietas RR NK603 disisipi gen bakteri tanaman (agrobacterium) sehingga tahan herbisida. Mereka juga merekomendasikan jagung varietas Bt Mon89034 disisipi gen bakteri tanah (Bacillus thuringiensis) bisa tahan serangan hama.

     Produk transgenik dikembangkan di 29 negara dengan luas lahan mencapai kurang lebih 170 juta hektar. Amerika Serikat, China, India dan Myanmar, menjadi negara-negara bioteknologi mengembangkan produk ini. Bagaimana dengan hasil penelitian Seralini? "Di Eropa sendiri penelitian itu sudah diuji dan hasilnya Seralini kalah," ujar Pakpahan.

     Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Husna Zahir menyebut produk transgenik sudah masuk ke Indonesia sebelum 2002. Misalnya, kedelai atau jagung impor, dan beberapa produk jajanan berbahan komoditas transgenik. Produk pangan hasil rekayasa genetika juga sempat dipersoalkan karena diduga berbahaya bagi konsumen.

     Bahkan pada 2002 dan 2005, YLKI bersama lembaga lain tergabung dalam Indonesia Berseru sempat menggugat produk-produk berbahan komoditas transgenik. Mereka meneliti sendiri beberapa produk jajanan. "Kami hanya ingin transparansi, hak mendapat penjelasan informasi, produk transgenik harus lolos uji keamanan dan pelabelan," kata Husna.

     Sebab sampai kini, pemerintah belum pernah meneliti produk bioteknologi seperti ini. Masyarakat menjadi bingung. Di sisi lain, muncul hasil penelitian menyimpulkan komoditas transgenik berbahaya. Namun pemerintah tidak pernah meneliti ulang dampak buruk produk.

     "Pemerintah seharusnya melakukan penelitian sendiri, benar apa tidak. Lalu diinformasikan kepada masyarakat sehingga menjadi tenang," ucap Husna.

TIKET PESAWAT PROMO DAN TERMURAH INDONESIAKLIK DISINI 
DAFTAR AGEN TOUR DAN TRAVEL TERMURAH SEINDONESIA KLIK DISINI 
PENGEN LAPTOP ATAU GADGET MURAH KLIK DISINI 
PENGEN COBA BISNIS PULSA GRATIS KLIK DISINI 
AYO DAPAT UANG GRATIS KLIK DISINI
Sumber

0 komentar:

Posting Komentar