Seseorang terkadang
tak sadar bahwa dirinya suka menimbun
barang, meski barang-barang itu sebagiannya mungkin tak diperlukan lagi.
Ada yang menyimpan ratusan karet gelang karena merasa suatu hari akan membutuhkannya. Ada yang menyimpan puluhan kartu ucapan Selamat Lebaran karena merasa bentuknya unik-unik. Ada yang menyimpan banyak baju karena merasa harganya mahal.
Ada yang menyimpan ratusan karet gelang karena merasa suatu hari akan membutuhkannya. Ada yang menyimpan puluhan kartu ucapan Selamat Lebaran karena merasa bentuknya unik-unik. Ada yang menyimpan banyak baju karena merasa harganya mahal.
Secara psikologis,
itu semua terjadi karena seseorang menghargai sesuatu dan merasa itu adalah hal
spesial yang dimilikinya. Fenomena ini disebut efek endowment.
Seorang psikolog
bernama Daniel Kahneman melakukan satu percobaan sederhana pada sekelompok
mahasiswa di sebuah universitas. Secara acak, setengah dari mereka diberikan
cangkir cantik. Setengah lainnya diberikan uang tunai enam dolar AS. Seluruh
mahasiswa kemudian diminta bertransaksi jual beli. Si pemilik cangkir diminta
menjual cangkirnya.
Di sinilah teori
ekonomi mengalahkan teori psikologi. Hasilnya, mereka yang memiliki cangkir
rata-rata tak mau menjual cangkirnya di bawah harga lima dolar AS. Sedangkan
mereka yang memiliki uang tunai hanya bersedia membeli cangkir dengan harga
rata-rata 2,5 dolar AS.
Kejadian tersebut
mengindikasikan orang-orang yang memiliki satu barang (si pemilik cangkir) cenderung lebih menghargai barangnya
dibandingkan orang lain (si pemilik uang) yang cenderung ingin memiliki barang mewah dengan harga murah.Hal ini
pula yang mendasari mengapa dalam sebuah proses lelang, si pemilik barang hanya akan menjual barangnya pada penawar harga tertinggi.
Lalu, bagaimana jika barang yang dimiliki seseorang sudah menumpuk? Mau tak mau orang
yang bersangkutan harus menguranginya. Bayangkan jika rumah anda penuh dengan barang-barang yang sebetulnya tak anda
perlukan lagi.
"Biasakan mengonsep
diri anda dengan kata cukup, cukup, dan cukup," kata Kahneman, dikutip
dari BBC, Senin (12/11).
Sebelum memutuskan membeli sesuatu,
seseorang diminta berpikir apakah itu adalah hal yang benar-benar dibutuhkan,
atau hanya sekadar hal yang dia inginkan. Setelah mempertimbangkan hal ini,
maka orang itu tak perlu repot-repot menimbun
barang di kemudian hari.
DAFTAR AGEN TOUR DAN TRAVEL TERMURAH SEINDONESIA KLIK DISINI
PENGEN LAPTOP ATAU GADGET MURAH KLIK DISINI
PENGEN COBA BISNIS PULSA GRATIS KLIK DISINI
AYO DAPAT UANG GRATIS KLIK DISINI
Oo begitu ya bang, saya jadi mengerti sekarang alasan orang menumpuk barang. Berarti di sini intinya adalah "penghargaan" terhadap barang itu yang menjadikannya membiarkan barang menumpuk. Kata orang jawa, eman eman kalo dijual atau dibuang
BalasHapus