Mungkin jika membahas jagung dan kedelai sudah biasa. Tapi sudah tahukah anda tentang jagung dan kedelai transgenik. Pasti
terasa asing di telinga ya. Jagung dan
kedelai transgenik ini merupakan hasil rekayasa genetika dari para ilmuwan.
Biar gak gaptek dan nambah pengetahuan silahkan deh dibaca artikel berikut ini.
Dari istilah saja bikin orang
mengernyitkan dahi. Benih jagung dan
kedelai transgenik, produk
bioteknologi hasil rekayasan genetika atau dengan cara menanam gen makhluk
hidup pada benih. Sontak kabar kemunculan benih itu langsung memicu polemik.
Sebab, gen makhluk hidup pada bibit jagung atau kedelai disebut-sebut berbahaya
bagi tubuh.
Gilles-Eric
Seralini, profesor biologi molekuler dari Universitas Caen, Prancis, menguak
dampak buruk produk transgenik ini melalui sebuah penelitian bersama timnya.
Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Food and Chemical Toxicology, 20
September lalu.
Seralini
memberi makan tikus putih betina dan jantan dengan jagung transgenik RR NK 603.
Hasilnya, tikus betina menderita tumor payudara, sedangkan mencit jantan
mengalami kerusakan ginjal dan hati. Dalam rentang waktu lama, mengkonsumsi
makanan transgenik rupanya bisa
mengakibatkan kematian.
Penelitian
itu lantas menimbulkan masalah, termasuk di Indonesia. Sebab dalam waktu
bersamaan, Komisi Keamanan Hayati pada 19 September lalu mengeluarkan
rekomendasi produk transgenik aman.
"Kami sudah mengkaji dan meneliti dokumen, hasilnya aman. Ada 29 negara
sudah mengembangkan transgenik,"
kata Ketua Komisi Keamanan Hayati Agus Pakpahan.
Komisi
bahkan merekomendasikan jagung
transgenik varietas RR NK603 disisipi gen bakteri tanaman (agrobacterium)
sehingga tahan herbisida. Mereka juga merekomendasikan jagung varietas Bt
Mon89034 disisipi gen bakteri tanah (Bacillus thuringiensis) bisa tahan
serangan hama.
Produk transgenik dikembangkan di 29 negara
dengan luas lahan mencapai kurang lebih 170 juta hektar. Amerika Serikat,
China, India dan Myanmar, menjadi negara-negara bioteknologi mengembangkan
produk ini. Bagaimana dengan hasil penelitian Seralini? "Di Eropa sendiri
penelitian itu sudah diuji dan hasilnya Seralini kalah," ujar Pakpahan.
Ketua
Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Husna Zahir menyebut produk
transgenik sudah masuk ke Indonesia sebelum 2002. Misalnya, kedelai atau jagung impor, dan beberapa
produk jajanan berbahan komoditas transgenik.
Produk pangan hasil rekayasa genetika juga sempat dipersoalkan karena diduga
berbahaya bagi konsumen.
Bahkan pada
2002 dan 2005, YLKI bersama lembaga lain tergabung dalam Indonesia Berseru
sempat menggugat produk-produk berbahan komoditas transgenik. Mereka meneliti sendiri beberapa produk jajanan.
"Kami hanya ingin transparansi, hak mendapat penjelasan informasi, produk
transgenik harus lolos uji keamanan dan pelabelan," kata Husna.
Sebab
sampai kini, pemerintah belum pernah meneliti produk bioteknologi seperti ini.
Masyarakat menjadi bingung. Di sisi lain, muncul hasil penelitian menyimpulkan
komoditas transgenik berbahaya.
Namun pemerintah tidak pernah meneliti ulang dampak buruk produk.
"Pemerintah
seharusnya melakukan penelitian sendiri, benar apa tidak. Lalu diinformasikan
kepada masyarakat sehingga menjadi tenang," ucap Husna.
DAFTAR AGEN TOUR DAN TRAVEL TERMURAH SEINDONESIA KLIK DISINI
PENGEN LAPTOP ATAU GADGET MURAH KLIK DISINI
PENGEN COBA BISNIS PULSA GRATIS KLIK DISINI
AYO DAPAT UANG GRATIS KLIK DISINI
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar