Akhir-akhir ini memang lagi pada heboh mengenai berita berita
penyadapan yang dilakukan oleh negara Australia terhadap Presiden dan Ibu
Presiden. Mungkin yang sering nonton film tentang spy atau mata-mata sudah
sering melihat bagaimana penyadapan dilakukan. Tentunya penyadapan biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang ahli, salah satunya adalah badan intelijen. Badan-badan
intelijen dunia seperti CIA, pasti udah
pada tahu dong, tapi udah pada tau mengenai badan intelijen indonesia.
Badan intelijen Indonesia bernama Badan Intelijen Negara atau
disingkat dengan BIN. Ternyata awal mula pembentukan badan intel ini terjadi
pada masa pendudukan jepang. Jadi sebelum merdeka pun negara Indonesia
sebenarnya sudah memiliki badan intelijennya sendiri. Ingin tahu lebih lengkap,
berikut artikel tentang Badan Intelijen Negara, semoga bermanfaat.
Badan
Intelijen Negara cikal-bakalnya ada di masa pendudukan Jepang, tahun 1943.
Pada
masa itu Jepang mendirikan versi lokal lembaga intelijen yang terkenal dengan
sebutan Sekolah Intelijen Militer Nakano. Mantan tentara Pembela Tanah Air
(Peta), Zulkifli Lubis merupakan lulusan sekaligus Komandan Intelijen pertama
kaum republikan.
Paska
kemerdekaan, Agustus 1945 Pemerintah Indonesia mendirikan badan intelijen
republik yang pertama, yang dinamakan Badan Istemewa. Kolonel Zulkifli Lubis
kembali memimpin lembaga itu bersama sekitar 40 mantan tentara Peta yang
menjadi penyelidik militer khusus.
Setelah
memasuki masa pelatihan khusus intelijen di daerah Ambarawa, awal Mei 1946
sekitar 30 pemuda lulusannya menjadi anggota Badan Rahasia Negara Indonesia
(Brani). Lembaga ini menjadi payung gerakan intelijen dengan beberapa unit ad
hoc, bahkan operasi luar negeri.
Juli
1946, Menteri Pertahanan (Menhan) Amir Sjarifuddin membentuk Badan Pertahanan B
yang dikepalai seorang mantan komisioner polisi. Alhasil 30 April 1947 seluruh
badan intelijen digabung di bawah Menhan, termasuk Brani menjadi Bagian V dari
Badan Pertahanan B.
Di
awal tahun 1952, Kepala Staf Angkatan Perang, T.B. Simatupang menurunkan
lembaga intelijen menjadi Badan Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP). Tahun
itu Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menhan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
menerima tawaran Central Intelligence Agency Amerika Serikat (CIA) untuk
melatih calon-calon intel profesional Indonesia di Pulau Saipan, Filipina.
Akibat
persaingan di tubuh militer, sepanjang tahun 1952-1958, seluruh angkatan dan
Kepolisian memiliki badan intelijen sendiri-sendiri tanpa koordinasi nasional.
Maka 5 Desember 1958 Presiden Soekarno membentuk Badan Koordinasi Intelijen
(BKI) dengan Kolonel Laut Pirngadi sebagai kepala.
Selanjutnya,
10 November 1959, BKI menjadi Badan Pusat Intelijen (BPI) yang bermarkas di
Jalan Madiun, yang dikepalai oleh DR Soebandrio. Di era tahun 1960-an hingga
akhir masa Orde Lama, pengaruh Soebandrio pada BPI sangat kuat diikuti perang
ideologi Komunis dan non-Komunis di tubuh militer, termasuk intelijen.
Intel
Orde Baru Setelah gonjang-ganjing tahun 1965, Soeharto mengepalai Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Berikutnya di seluruh
daerah (Komando Daerah Militer/Kodam) dibentuk Satuan Tugas Intelijen (STI).
Kemudian
22 Agustus 1966 Soeharto mendirikan Komando Intelijen Negara (KIN) dengan
Brigjen. Yoga Sugomo sebagai kepala yang langsung bertanggung jawab kepadanya.
Sebagai
lembaga intelijen strategis, maka BPI dilebur ke dalam KIN yang juga memiliki
Operasi Khusus (Opsus) di bawah Letkol. Ali Moertopo dengan asisten Leonardus
Benyamin (Benny) Moerdani dan Aloysius Sugiyanto.
Kurang
dari setahun, 22 Mei 1967 Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres)
untuk mendesain KIN menjadi Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Mayjen.
Soedirgo merupakan Kepala Bakin pertama.
Pada
masa Mayjen. Sutopo Juwono, Bakin memiliki Deputi II di bawah Kolonel Nicklany
Soedardjo, perwira Polisi Militer (POM) lulusan Fort Gordon, AS.
Sebenarnya
di awal 1965 Nicklany menciptakan unit intel PM, yaitu Detasemen Pelaksana
Intelijen (Den Pintel) POM. Secara resmi, Den Pintel POM menjadi Satuan Khusus
Intelijen (Satsus Intel), lalu tahun 1976 menjadi Satuan Pelaksana (Satlak)
Bakin dan di era 1980-an kelak menjadi Unit Pelaksana (UP) 01.
Mulai
tahun 1970 terjadi reorganisasi Bakin dengan tambahan Deputi III pos Opsus di
bawah Brigjen. Ali Moertopo. Sebagai inner circle Soeharto, Opsus dipandang
paling prestisius di Bakin, mulai dari urusan domestik Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera) Irian Barat dan kelahiran mesin politik Golongan Karya (Golkar)
sampai masalah Indocina.
Tahun
1983, sebagai Wakil Kepala BAKIN, L.B. Moerdani memperluas kegiatan intelijen
menjadi Badan Intelijen Strategis (Bais). Selanjutnya Bakin tinggal menjadi
sebuah direktorat kontra-subversi dari Orde Baru.
Setelah
mencopot L.B. Moerdani sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam),
tahun 1993 Soeharto mengurangi mandat Bais dan mengganti nama menjadi Badan
Intelijen ABRI (BIA).
Tahun
2000 Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengubah Bakin menjadi Badan
Intelijen Negara (BIN) sampai sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar