Diabetes merupakan salah satu penyakit
yang telah merenggut banyak nyawa. Salah satu cara untuk mencegah penyakit diabetes adalah dengan mengurangi
konsumsi gula. Ternyata gula bukanlah satu-satunya penyebab penyakit diabetes. Untuk menanggapi
kesalahpahaman tentang diabetes ini
mungkin artikel dibawah ini dapat dijadikan masukan.
Seorang pasien tampak sedikit agak bingung
ketika saya beritahu bahwa ia menderita diabetes
melitus. "Kenapa bisa dokter?" tanya pasien. "Padahal saya
jarang minum gula dok, dan orang tua saya tidak ada yang diabetes, saudara saya juga."
Walapun diabetes mellitus bukan penyakit asing seiring peningkatan kasusnya
dari waktu ke waktu, tetapi pemahaman, pengertian pada kebanyakan pasien
kelihatannya masih kurang. Padahal, pemahaman tentang penyakit ini menentukan
perjalananannya ke depan dengan segala akibatnya. Apalagi, seperti
diketahui, diabetes adalah penyakit
gaya hidup. Sikap, perilaku, bagaimana Anda menanggapi penyakit ini
sangat menentukan apakah dapat hidup bersamanya atau akan menjadi korbannya.
Seperti halnya pasien di atas, banyak
pasien lain menganggap diabetes
hanya karena minum air gula saja. Bila tak mengonsumsi gula, ia tidak mungkin
terkena diabetes. Dan kalau kadar
gula darahnya tinggi, otomatis akan normal lagi. Penyakit diabetes serta merta juga akan baik
sendirinya. Jadi, mau makan-minum apa saja, nasi, kue, roti, ubi kayu,
kerupuk, kentang, minuman kaleng, tak menjadi persolan. Apalagi kalau makan
gratis ketika ada undangan, diajak teman, apa pun yang masuk ke dalam perutnya
dianggap tidak masalah juga
Faktor keturunan juga sering dijadikan
sebagai biang kerok penyakit diabetes
yang dideritanya. Jadi, bila orang tuanya ada yang menderita diabetes, kemudian ia juga terkena
penyakit yang sama, itu sah-sah saja. Apapun yang dilakukan, tidak akan banyak
bermanfaat untuk mencegah atau mengobatinya. Bila tak ada orang tua, keluarga,
saudara dengan yang menderita diabetes,
maka pasien mengannggap mereka juga tidak mungkin menderitanya.
Kebanyakan pasien juga beranggapan bahwa
bila gula darah sudah dikatakan normal, maka pasien sering menganggap
penyakitnya sudah sembuh. Oleh karena itu, tidak perlu lagi diet, olahraga,
makan obat atau kontrol. Bila pasien luka, dan lukanya bisa sembuh begitu saja,
pasien juga menganggap walaupun gula darahnya tinggi, gula darah yang tinggi
dianggap juga tidak masalah. Dan bahkan, pasien tidak percaya kalau dia
menderita diabetes melitus. Sehingga,
risiko kejadian kompliksi diabetes
seperti kebutaan, gagal ginjal, amputasi, gangguan syaraf cukup tinggi dan
terjadi lebih dini.
Padahal, sampai sekarang diabetes
masih dianggap sebagai sebagai penyakit yang akan mendampingi Anda seumur
hidup. Jadi, sekali Anda didiagnosis sebagai penyandang diabetes mellitus, selamanya dia bersama Anda. Dalam beberapa kasus
tertentu mungkin saja Anda tidak memerlukan obat-obatan, tetapi diet,
mempertahankan berat badan yang normal olahraga tetap menjadi pilihan hidup
Anda.
Beberapa pasien yang mengalami luka yang khas untuk pasien diabetes, seperti tak mempermasalahkan luka itu. Walaupun saya lihat, luka itu mulai membusuk, hanya karena pasien tidak merasakan rasa sakit akibat lukanya. Jadi, kalau luka tidak sakit-- pada hal hilangnya rasa sakit itu akibat kerusakan syaraf tepi karena komplikasi diabetes--bagi sebagian pasien hal itu tidak disikapi sebagai sesuatu yang serius. Ini juga saya lihat sebagai faktor penting, penderita diabetes menjadi terlambat mendapatkan penanganan yang tepat oleh dokter. Banyak pasien diabetes yang mengalami amputasi karena keterlambatan ini.
Beberapa pasien yang mengalami luka yang khas untuk pasien diabetes, seperti tak mempermasalahkan luka itu. Walaupun saya lihat, luka itu mulai membusuk, hanya karena pasien tidak merasakan rasa sakit akibat lukanya. Jadi, kalau luka tidak sakit-- pada hal hilangnya rasa sakit itu akibat kerusakan syaraf tepi karena komplikasi diabetes--bagi sebagian pasien hal itu tidak disikapi sebagai sesuatu yang serius. Ini juga saya lihat sebagai faktor penting, penderita diabetes menjadi terlambat mendapatkan penanganan yang tepat oleh dokter. Banyak pasien diabetes yang mengalami amputasi karena keterlambatan ini.
Dalam masyarakat juga beredar semacam
pemahaman, atau istilah "diabetes
kering", dan "diabetes
basah". Menurut mereka, walaupun kadar gula darah
tinggi, tetapi tidak ada luka, infeksi di kaki misalnya, itu juga dianggap
tidak apa-apa, dan ini disebut diabetes
kering. Asumsi seperti ini dapat berakibat fatal, seperti hiperglikemi dan
komplikasi kronik yang baru diketahui dalam tahap lanjut.
Banyak lagi pemahaman lain yang keliru,
salah dalam masyarakat terkait penyakit diabetes
yang mulai meroket di Indonesia ini. Kekeliruan ini dapat berakibat fatal,
seperti komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam kualitas hidup mereka.
Karena itu, sosialisasi, edukasi mengenai penyakit ini sangat penting sekali.
0 komentar:
Posting Komentar