Deteksi dini gangguan fungsi motorik dan
postur akibat gangguan perkembangan otak atau palsi serebral (PS) tidak perlu
menggunakan alat-alat canggih berteknologi tinggi. Karena kini gejala PS dapat
dideteksi juga melalui cara yang lebih mudah, yaitu dengan melihat gejala
klinisnya.
PS adalah problem fungsi motorik, postur,
dan gerak akibat gangguan perkembangan otak yang bersifat non-progresif.
Meskipun PS merupakan problem motorik yang bersifat statis, sebagian anak
dengan PS dapat mengalami masalah lain seperti keterbelakangan mental,
epilepsi, gangguan penglihatan maupun pendengaran.
Dokter spesialis anak FKUI/RSCM dr. R.A
Setyo Handryastuti mengatakan, selama ini PS dapat dideteksi dini dengan
pemeriksaan elektroensefalografi (EEG), magnetic resonance imaging (MRI),
cerebral function monitoring (CFM), dan beberapa metode pemeriksaan canggih
lainnya. Sayangnya deteksi dini dengan pemeriksaan canggih ini sulit diterapkan
di Indonesia.
"Tidak semua penyedia layanan
kesehatan kebidanan mempunyai fasilitas pemeriksaan canggih. Selain itu
diperlukan keterampilan khusus untuk melihat hasil pemeriksaannya,"
paparnya dalam Sidang Disertasi: Deteksi Dini Palsi Serebral pada Bayi Risiko
Tinggi" untuk mendapatkan gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, di Jakarta, Rabu (24/4/2013).
Deteksi dini, lanjut Setyo, dilakukan pada
bayi berusia 0-12 bulan. Cara yang lebih mudah untuk melakukan deteksi dini PS
yaitu dengan pengamatan klinis sesuai dengan usia bayi. Pengamatan terdiri dari
evaluasi postur, tonus otot, refleks primitif, reaksi postural.
Setyo mengatakan, orangtua perlu
mencurigai anaknya mengalami PS jika anak tidak dapat melakukan gerakan motorik
yang umumnya sudah dapat dilakukan oleh anak seusianya.
"Misalnya, bayi usia 4 bulan sudah
bisa melepas genggamannya. Sedangkan bayi dengan PS belum bisa. Refleks juga
begitu, bila bayi ditegakkan dan terjatuh, seharusnya ia sudah dapat mengangkat
tangannya," tutur Staf Pengajar Luar Biasa Departemen Ilmu Kesehatan FKUI
ini.
Setyo mengatakan, angka kejadian PS cukup
tinggi, meskipun belum dapat dipastikan angkanya. Di RSCM dari 150 bayi risiko
tinggi terdapat 24-26 persen bayi dengan PS. Bayi risiko tinggi antara lain
lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram, prematur, meningitis di
usia muda, pendarahan intrakranial, pemakaian ventilator lebih dari 48 jam, dan
kelainan pada USG.
"Deteksi dini PS sangat penting untuk
menghindari bayi terkena masalah-masalah kesehatan yang lebih berat
nantinya," tandas Setyo.
Selain dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup banyak, juga
memiliki komplikasi yang banyak pula. Komplikasi PS antara lain infeksi kronik
karena tidak bisa bergerak, malnutrisi, gangguan pertumbuhan, gangguan
berkemih, dan beberapa gangguan lain karena masalah motorik lainnya.
Trims infonya, bisa dipakai pas punya anak nanti ..
BalasHapusamiinn
jelly gamat