Autis sebenarnya bukanlah penyakit melainkan kelainan atau gangguan
pada DNA. Pada awalnya memang terkadang agak sulit bagi orang tua untuk
mengenali gejala autis ini. Karena itu
mungkin tips dibawah ini bisa membantu anda para orang tua untuk mengenali
gejala autis ini.
Gejala autisme pada anak harus segera dikenali oleh para orang tua . Lebih
cepat dikenali akan sangat membantu anak penyandang autisme. Karena mereka dapat dengan segera menerima terapi untuk
menangani kebutuhan khususnya.
Autisme
memiliki kisaran luas yang disebut Autism
Spectrum Disorder (ASD). Berbagai
gangguan yang masuk dalam ASD adalah autistic
disorder (classic autism), Asperger's disorder, pervasive developmental
disorder not otherwise specified (PDD-NOS), Rett's disorder (Rett syndrome, danchildhood
disintegrative disorder (CDD). Gejala ASD didiagnosis berdasarkan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders.
"Gejala
biasanya muncul sebelum anak berusia tiga tahun dan harus segera dikenali
orangtua. Jika terlambat, kasihan anaknya tidak segera menerima terapi,"
kata psikiater dr. Dwijo Saputro Sp.KJ pada seminar sehari Peringatan Hari
Autis Sedunia, Selasa (9/4/2013) di Jakarta.
Tanda
yang paling umum pada anak penyandang autisme
adalah kesulitan mengenali wajah. Menurut Dwijo kesulitan ini menjadi gejala
awal autisme. Hal ini dikarenakan
anak sulit membangun dan merasa tidak membutuhkan relasi sosial tersebut.
Kesulitan tersebut juga membuat anak tidak mampu lama berkontak mata.
Anak
penyandang autis biasanya juga
mengalami telat bicara (delay speech). Keterlambatan
bicara membuat penguasaan bahasanya terbatas. Biasanya anak autis hanya mampu berbicara dengan
'gaya' tertentu. "Kalau lingkungan terdekatnya menggunakan bahasa formal,
maka dia akan menirunya. Anak autis
tidak bisa menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan lingkungan sekitar,"
kata Dwijo.
Anak autis juga kesulitan diajak bermain
secara imajinatif. Permainan nyata relatif lebih mudah bagi mereka. Mereka
biasanya tidak mau berbagi mainan dengan anak lainnya. Anak juga memiliki
kebiasaan stereotip berulang-ulang. Misalnya suka menggoyang jari tangan, atau
berjalan bolak balik. Kebiasaan ini bisa jadi merupakan favoritnya, atau karena
adanya aktivitas otak yang tidak normal.
Akibatnya
anak tidak mampu mengkontrol gerakan yang dilakukan. Anak autis juga bereaksi pada hal tertentu, seperti sinar, suara, bau,
rasa, dan tekstur. Anak autis
biasanya tidak suka atau tidak nyaman dengan cahaya yang terlalu kuat.
Suara-suara tertentu seperti petir, dering telepon, atau penyedot debu membuat
anak autis merasa tidak
nyaman. Mereka akan menutup telinga dan kadang berteriak. Anak autis tidak menampakkan ekspresi apapun
ketika merasa panas atau dingin.
Anak autis juga kerap mengalami masalah
sulit mengantuk dan tidur. Beberapa penyandang autisme harus menggunakan hormon melatonin untuk membantunya tidur.
Intervensi dini
Intervensi dini
Anak penyandang autis sebaiknya segera dibawa ke psikolog atau psikiater untuk
segera menerima terapi sesuai kemampuannya. Terapi akan membantunya mandiri dan
beradaptasi di lingkungan.
"Intervensi
dini akan membantu anak segera belajar hal-hal penting bagi dirinya. Bentuk
terapi bisa gabungan psikologi dan psikofarmaka," kata Dwijo.
Psikofarmaka
digunakan bila manifestasi autis dinilai membahayakan diri anak. Bentuk
intervensi dini pada aspek psikologi adalah, anak belajar perilaku dan
pendidikan sosial. Anak akan belajar bagaimana berperilaku yang baik di
lingkungan umum. Misalnya jika mau buang air harus pada tempatnya, tidak
berteriak-teriak, dan mematuhi aturan. Bentuk intervensi lain adalah floor
time. Pada sesi ini akan belajar bagaimana berkomunikasi dan menjalin relasi.
0 komentar:
Posting Komentar